sajak sajak kehidupan

IKLAN ELEKTRONIK DAN MAKANAN

Minggu, 05 April 2020

6 Langkah Menerbitkan Buku


RESUME ke 7
BELAJAR MENULIS GELOMBANG 7
Minggu, 5 APRIL 2020

6 Langkah Menerbitkan Buku
Grup menulis gelombang 7 hari Minggu 5 April 2020 seperti biasa dimulai pada pukul 19.00 – 21.00 dengan nara sumber oleh bapak Akbar Zainudin penulis buku terkenal Man Jadda Wajada. Materinya adalah “6 langkah menerbitkan buku". Dengan dimoderatori oleh Pak Wijaya Kusuma atau disapa Om Jay.
Materi malam ini dimulai oleh om Jay dengan membagikan Vidio yutube penulis bapak Akbar Zainudin tentang materi “6 langkah menerbitkan buku" Yang merupakan penulis buku terkenal Man Jadda Wajada. Enam langkah menulis buku yaitu:
1.    T (Tema)
Tema dalam tulisan akan menjadi rel yang mengikat tulisan kita dari awal hingga akhir. Tema ada untuk buku baik jenis fiksi maupun non fiksi. Tema adalah gambaran bidang, jika penulis bidangnya adalah Motifasi.  
2.    O (Outline) atau daftar isi
Daftar isi adalah rel agar kita tidak melenceng dan kembali kerel, sehingga ada benang merah. Daftar isi adalah penting dan tidak bisa diremehkan agar buku cepat selesai. Daftar isi juga merupakan pijakan.
3.    J (Jadwal Penulisan)
Jadwal adalah sebuah perencanaan. Jadwal membuat kita mempermudah agar buku cepat selesai. Jadwal juga menjadi pengontral dan merupakan efaluasi bagi penulis.
4.     T (Tuliskan)
Dalam menulis yang paling penting adalah disiplin, menulislah dengan penuh Jadwal. Menulis tidak perlu harus terpaku pada satu tulisan yang sempurna.  
5.     R (Revisi)
Revisi seharusnya setelah semua draf selesai. Kadang kita terpaku dengan satu artikel yang sempurna yang membuat judul judul lain tertuliskan menjadi terlewatkan. Revisi ada 4 :
1.      Data
2.      Tatabahasa
3.      Gaya tulisan
4.      Judul artikel
6.    P (Penerbit)
Langkah terakhir yaitu keenam adalah kirim ke penerbit. Yang paling penting untuk mengirim dan diterimanya sebuah buku dipenerbit adalah
1.      Apakah pembaca butuh buku atau tidak
2.      Laku atau tidak Sebuah buku/tulisan di masyarakat
3.      Berapa banyak orang yang butuh
4.      Buku ini menjawab kebutuhan apa
Semakin banyak yang membutuhkan, maka semakin besar peluang buku tersebut untuk diterbitkan.
Itulah 6 langkah dalam dalam menulis buku.


Sugiyatno, S.Pd
SDN Gatak Tanjungsari
Keruk II, Banjarejo, Tanjungsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sabtu, 04 April 2020

dirumah aja


DIRUMAH AJA

Di rumah aja
Jangan pergi kemana-mana
Karna di rumah ada keluarga
Kita bisa bersenda sambil ngopi bersama
                        Di rumah aja
                        Jika dirimu saying keluarga
                        Jangan mudik atau kekantor bekerja
                        Dari rumah kita ibadah, belajar, dan bekerja
Di rumah aja
Kita bisa saling bercengkrama
Menghentikan dan memutus penyebaran corona
Taatlah dan patuh pada aturan Negara

Sugiyatno
3 April 2020
#dirumahaja

resume ke 6 berguru pada munif chatib gurunya manusia


RESUME
BELAJAR MENULIS GELOMBANG 7
Jumat, 3 APRIL 2020

Berguru pada Munif Chatib, Gurunya Manusia
Grup menulis gelombang 7 hari Jumat 3 April 2020 seperti biasa dimulai pada pukul 19.00 – 21.00 dengan nara sumber oleh bapak Munif chatib. Materi pertama adalah "Menulis Momen Spesial saat Mengajar". Dengan dimoderatori oleh Pak Wijaya Kusuma atau disapa Om Jay.

Apa yang dimaksud Momen Spesial?
Menurut penulis buku "Gurunya Manusia" itu, momen spesial adalah kejadian khusus yang terjadi dalam proses pembelajaran antara guru dengan siswa, baik di kelas atau di luar kelas.
Momen spesial punya potensi untuk masuk ke memori jangka panjang, tak terlupakan seumur hidup. Momen Spesial meliputi :
1. Perubahan motivasi,
2. Perubahan kemampuan, dan 
3. Perubahan sikap
Jadi, asalnya tidak minat menjadi minat atau sebaliknya (perubahan motivasi). Begitu pula dengan perubahan kemampuan dan sikap.

Syarat agar kita bisa menangkap momen spesial adalah, kita harus PEKA terutama terhadap 3 hal di atas. Setiap tahapan proses belajar mempunyai peluang terjadinya momen spesial sehingga bisa menjadi bahan baku menulis. Oleh karena itu, guru tidak boleh kering dengan bahan menulis.
Momen spesial bisa kita dapatkan jika guru bertemu dengan siswa. Akan sulit mendapatkan spesial momen dg pembelajran online. Yang bisa dilakukan (pada pembelajaran daring) adalah membaca feedback yang diberikan dari guru kepada siswanya. 
Namun, sayang sekali, banyak guru dalam belajar online dengan siswanya malah banyak memberi tugas, bukan meminta feedback dari siswanya.


Mengapa momen spesial harus ditulis?
1. Pembaca tak akan lupa seumur hidup karena masuk memori jangka panjang.
2. Potensi menjadi tulisan yang dibaca, dikenang, dibagi dan dicari.
3. Mudah ditulis dengan tulisan bebas, tidak ketat aturan artikel ilmiah.

Lima pintu pembuka agar suatu momen masuk memori jangka panjang (menjadi momen spesial) :
1. First experienceApa pun kejadian yang merupakan pengalaman pertama, akan masuk memori jangka panjang.
2. Relevance. Kejadian yang sesuai dengan kondisi siswa.
3. Rehearsal (pengulangan)
4. Emotional. Perasaan yang diaduk-aduk. Kejadian pada saat bahagia, marah, benci, panik, terkejut, dll akan masuk memori jangka panjang.
5. Survival. Jika mengajar yang ada unsur berjuang untuk hidup, pasti akan masuk memori jangka panjang.
Kelima pintu ini sangat penting. Minimal harus ada satu pintu yang terbuka saat mengajar, maka selamanya akan tertanam dalam diri siswa. Jika tidak ada sama sekali, biasanya saat guru keluar kelas, maka bagi siswa, ilmunya pun akan wassalam. Tak akan masuk memori jangka panjang mereka.

Tahapan menulis Momen Spesial :
1. Catat/rekam momen spesial segera, jangan ditunda - tunda, catat dulu poin poinnya.
2. Elaborasi, cari data-data pendukung baik dengan bertanya ataupun imajinasi
3. Tuliskan dalam bentuk artikel bebas, tuangkan saja dulu tanpa perlu merasa kuatir dengan tata penulisan.
4. Simpan, bisa dengan kita share di blog yang kita miliki.
Dari sebuah kalimat momen spesial, bisa dikembangkan menjadi beberapa paragraf. Banyak cara, antara lain :
(a) identifikasi masalahnya apa,
(b) cari tahu penyebabnya apa,
(c) cari tahu tentang dampak jika masalah tidak selesai, dan
(d) hikmah kejadian itu apa.

Dari pokok pikiran atau bahan tulisan tersebut, menulislah secara bebas. Sementara, kesampingkan dulu aturan-aturan ejaan. Perasaan bebas menulis inilah yg membantu kita untuk lancar menuangkan pokok pikiran.
Pokoknya tulis dulu saja, kualitas tulisan itu belakangan. Menurut Pak Munif,  jika kita sudah mulai berani menulis, itu adalah 80% keberhasilan. Sedangkan 20%-nya adalah belajar memperbaiki tulisan kita.
Jika sudah menulis, barulah kita edit pelan-pelan. Makin banyak kita lakukan ini (menulis bebas lalu edit), nanti lama-lama editingnya makin sedikit. Sebagai contoh, silahkan tengok tulisan Pak Munif berjudul "80 Menit di Kelas Neraka" yang disadur dari buku Gurunya Manusia.

Mulailah dengan Apersepsi yang Menarik
Menurut Pak Munif, mengajar itu yang terpenting ada pada awalnya, pendahuluannya. Harus keren. Pendahuluan ini biasa disebut apersepsi. Jika apersepsi berhasil, biasanya siswa tertarik untuk belajar, sehingga kemungkinan besar paham.
Yang kedua adalah bagian penutup. Juga harus keren, berupa kesimpulan tentang hikmah dari materi ajar. Ingat secara neurosains, awal dan akhir itu penting dan itu yang 80% tercatat di otak siswa kita.
Ketiga, baru memilih metode yang student center learning.
Seni mengajar bukan bakat, tapi bisa dipelajari. Seni mengajar agar siswa tertarik dimulai dari apersepsi yg menarik.

Guru Killer Lawan Guru Tegas
Ada salah satu pesert mengaku bahwa dirinya dilabeli sebagai guru killer. Beliau lalu bertanya bagaimana mengubahnya menjadi momen spesial positif?

Pak Munif menjelaskan bahwa kita harus bisa membedakan antara guru keras dan guru tegas. Guru killer adalah sebutan untuk guru keras. Ciri-cirinya, guru keras berdampak akan dijauhi, dihindari oleh siswa.

Guru tegas, sebaliknya, akan dirindukan oleh siswanya. Percayalah zaman sekarang, siswa kita butuh guru yg tegas. Kedisiplinan yg diterapkan oleh guru tegas akan menjadi unsur siswa suka kepada gurunya.
Ada 3 cara sederhana mejadi guru tegas :
1. Kita menjadi gurunya, yaitu orang yg memberikan ilmu.
2. Kita menjadi orantuanya dengan memberikan nasihat-nasihat.
3. Kita menjadi sahabat siswa, dengan membuka diri untuk menerima curhat dari siswanya.
Yang perlu diperhatikan adalah WAKTU. Kapan kita harus jadi guru, orangtua, dan sahabat siswa-siswa kita.

Tidak ada siswa yang nakal/bodoh
Jika kita peka terhadap momen spesial di kelas, maka hal ini sangat berhubungan dengan potensi kecerdasan setiap siswa. Terkadang dari momen spesial ini, siswa yg sebelumnya pasif atau kita anggap tidak cerdas, tiba-tiba karena pantikan sesuatu hal, dia menjadi berubah cerdas.  Akhirnya kita bersyukur bahwa sebenarnya tidak ada siswa yang bodoh.
Percayalah ubah pemikiran awal kita bahwa “tidak ada anak yg nakal, yg ada adalah anak yg kebutuhannya belum terpenuhi.” 
Jika kita sudah sepakat dg paradigma ini, maka kita akan fokus kebutuhan apakah yg belum terpenuhi dari anak tersebut.
Ketika kita melakukan pendekatan utk cari tahu kebutuhan yg belum terpenuhi, maka si anak bandel itu akan punya perasaan bahwa dia ternyata diperhatikan. Dan gurunya berusaha utk membantunya. Sehingga proses belajar akan lebih baik.

Kekuatan Momen Negatif
Memang perlu latihan agar bisa menangkap momen spesial. Coba setelah mengajar bertanyalah kepada diri kita sediri, seperti :
1. Apakah ada siswa yg tidak mempehatikan penjelasan kita. Coba lanjutkan dg pertanyaan kenapa? 
2. Apakah ada siswa yang membantah kita? kenapa?
Jadi cara menumbukan spesial momen dengan memperhatikan negatif karakter yg terjadi di kelas. Percayalah kita lebih mudah mengamati karakter negatif daripada karakter positi siswa-siswa kita.
Momen negatif biasanya lebih banyak memunculkan pembelajaran buat kita. Masih ingat ada kata-kata orang bijak: “jangan takut salah, sebab itulah jalan untuk mendapatkan kebenaran.
Bahkan momen negatif lebih memberi muatan emosional yg lebih kuat. Hanya saja kejadian ini dituangkan dalam bentuk tulisan, gunakan inisial saja untuk penamaan tokoh/tempat.

Sugiyatno, S.Pd
SDN Gatak Tanjungsari
Keruk II, Banjarejo, Tanjungsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.


Kamis, 02 April 2020

puisi untuk jogja


Jogja

Kota yang penuh budaya
Kota yang kaya pariwisata
Begitu indah pantai dan gunungnya
Pantai Paris, Drini, Indrayanti, gunung purba
Dan berbagai minuman uniknya
Wedang ronde, kopi jos serta wedang wohnya

Keraton dan juga rajanya
Malioboro dan kota kembanganya
Beraneka ragam juga makanannya
Tiwol, growol, gudek dan bakpia

Kulonprogo binangun
Gunungkidul handayani
Seleman sembada
Jogja memang istimewa



Sugiyatno, S.Pd
SDN Gatak Tanjungsari Daerah Istimewa Yogyakarta


BELUM RIZEKINYA


BELUM REZEKINYA

Pagi itu aku dan sugiyanto, jalan-jalan ke desa Dayakan menikmati pagi yang indah dan sejuk ditambah putihnya kabut yang menyelimuti. Kedua mata ku dan sugiyanto terbelalak lebar. Di dekat tempat pos kamling desa Dayakan I kami melihat  uang seratus ribu yang tak bertuan.
"Wah, rezeki!" seru sugiyanto. Diambilnya uang temuan itu.
“Wah rezeki nomplok gi.” Sahut ku
“kita bagi dua ya gik,” ujar sugiyanto kepadaku
“oke,” kata ku.
“Tapi pemilinya mencari atau tidak ya gik?” kata sugiyanto
“ Tidak tahu ya.” sahutku
“ Ah kita bagi saja, kita dulukan pernah menemukan uang, kita tidak ambil karna takut dan  malah diambil orang dibelakang kitakan.” kata sugiyanto lagi
"semoga ini berkah kita gi," ujarku sambil berjalan putar dan kembali ke desa kami.
Sesampainya diperempatan desa, kami melihat dua anak kecil terjatuh bermain sepeda. Mereka sangat terluka parah dan mereka ternyata sikembar Dini dan Dina saudaranya Sugiyanto. Kami membawa mereka ke puskesmas terdekat untuk mengobatinya.
“dek” kata bu perawat memanggil kami (Sugiyatno dan Sugiyanto)
“ Iya bu.” sahut kami berdua
“ Ini obatnya seratus ribu, jangan lupa adiknya disuruh minum ya.” Iya bu
Kami berempat akhirnya pulang sambil ketawa ketiwi sendiri.

Sugiyatno, S.Pd
SDN Gatak kecamatan Tanjungsari kabupaten Gunungkidul provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
3 April 2020

Rabu, 01 April 2020

Puisi untuk Ki Hajar Dewantara


Ki Hajar Dewantara

Bangsawan dari negeri Yogyakarta
Menggapdikan hidup demi Negara
Rela melepas gelar bangsawannya
Untuk mendidik dan mencerdaskan generasi bangsa

Perjuangannya tak usah ditanya
Melalui politiknya dia berbicara
Melalui tulisannya dia menentang belanda
Dengan pendidikannya beliau memerdekan manusia

Penjara adalah rumah keduanya
Harta, tahtatidaklah penting lagi baginya
Yang terpenting adalah bangsa dan Negara
Yang mampu hidup mandiri dan merdeka
Hak diri untuk menuntut salam bahagia
Kodrat alam adalah petujuk hidup sempurna
Dan lebih baik mati terhormat dari pada dijajah belanda
Itulah kata-katamu Ki Hajar Dewantara


Karya :Sugiyatno

Mendesain Pembelajaran Jarak Jauh Yang Efektif


Mendesain Pembelajaran Jarak Jauh Yang Efektif

RESUME
BELAJAR MENULIS GELOMBANG 7
HARI KE-5
Rabu, 1 April 2020

Pertemuan Ke lima pada grup menulis gelombang 7 dimulai seperti biasa pada pukul 19.00 – 21.00 dengan nara sumber oleh bapak Indra Charismiadji dengan menggunakan meeting converence via aplikasi webex meet. Bapak Indra Charismiadji adalah pengamat dan praktisi pendidikan dengan spesialis pembelajaran abad 21 serta penggagas E-Sabak. Materinya adalah mendesain pembelajaran jarak jauh yang efektif.

Konsep Dasar Pendidikan
Meeting converence diawali dengan pertanyaan seputar pengalaman peserta melakukan pembelajaran jarak jauh saat pandemic corona dan dilanjutkan dengan pertanyaan tentang empat pilar pendidikan UNESCO. Diskusi mengalir antara narasumber dan peserta.

Menurut bapak Indra, kebanyakan guru selalu sibuk dengan materi “apa” yang harus diajarkan. Tapi, jika kembali melihat empat pilar pendidikan UNESCO, maka yang paling penting adalah bias tidak siswa belajar untuk tahu (learning to know), melakukan (learning to do), menjadi sesuatu (learning to be) dan hidup bersama (learning to live together). Jadi, bukan apanya, bukan what to learn but how to learn. Ini konsep dasar pendidikan.

fokus pada “How”, bukan pada “What”
what to learn bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Jika kita focus pada apa yang harus diajarkan, saat zaman berubah, anak mungkin tidak akan bias mengikuti.

Dalam materi, pak Indra menyebutkan 65% siswa yang saat ini duduk di bangku sekolah dasar, akan bekerja pada bidang yang hari ini belum tercipta (world economic forum 2018). Oleh karena itu, fokuslah pada how to learn.

Peran Guru di Abad 21
Mengenai pilar learning to know, bapak Indra bertanya apakah segala sesuatu yang kita ajarkan pada siswa ada di internet? Jika ya, maka pertanyaan selanjutnya adalah mengapa guru masih harus di kelas? Padahal banyak profesi yang bahkan guru pun tidak tahu bagaimana caranya menjadi seperti itu (contohnya yutuber, selebgram, dll).

Kolaborasi guru dengan murid tidak akan pernah tergantikan. Fungsi guru tidak berubah. Seseorang guru harus bisa berperan sebagai teladan, motivator, sekaligus fasilitator. Atau dalam ajaran Ki Hajar Dewantara adalah ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani.

Arahkan pada Portofolio
“Anak zaman sekarang jangan disuapin. Kita bisa mendorong mereka untuk mencari sendiri”. Yang ditekankan pak Indra.

Kita bisa mendorong siswa untuk membuat portofolio zaman sekarang seperti vlog, blog, film dan aplikasi. Buat mereka sekreatif mungkin.

3I Framework
Menurut bapak Indra ada tiga hal kunci penting sebagai framework dalam dunia pendidikan, yaitu :
1.    Infrastruktur. berkaitan dengan apa yang akan kita gunakan dalam pembelajaran? Apakah akan terus menerus Streaming video? Terus menerus ceramah? Maksimalkan pembelajaran online dan offline.
2.    Infostruktur. Setiap sekolah sebaiknya bisa punya domain sekolah untuk web atau untuk pembelajaran daring. Pusat data yang terpadu. Informasi yang menyatu sekaligus aman.
3.    Infokultur. Kultur era digital harus dibangun dan dibiasakan di lingkungan sekolah.

Ketiganya harus ada jika ingin pendidikan di abad 21 menjadi optimal. Konsep 3I Framework ini menjadi perbincangan hangat dalam diskusi. Sebagai mana kita ketahui, Indonesia adalah Negara kepulauan dengan masyarakat yang beragam dan rata-rata kondisi perekonomiannya belum setabil. Kondisi geografis dan status ekonomi ini menjadi salah kendala dalam infrastruktur pendidikan digital. Serta keadaan jaringan yang tidak merata di Indonesia juga merupakan salah satu kendala.

Ke depan, semoga dua masalah ini bisa teratasi. Jaringan yang merata dan kesejahteraan ekonomi masyarakat Indonesia. Sehingga kita bisa lebih siap untuk melakukan pembelajaran di era revolusi industry 4.0.


Sugiyatno, S.Pd
SDN Gatak Tanjungsari
Keruk II, Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.