Mendesain
Pembelajaran Jarak Jauh Yang Efektif
RESUME
BELAJAR
MENULIS GELOMBANG 7
HARI
KE-5
Rabu,
1 April 2020
Pertemuan
Ke lima pada grup menulis gelombang 7 dimulai seperti biasa pada pukul 19.00 –
21.00 dengan nara sumber oleh bapak Indra Charismiadji dengan menggunakan
meeting converence via aplikasi webex meet. Bapak Indra Charismiadji adalah
pengamat dan praktisi pendidikan dengan spesialis pembelajaran abad 21 serta
penggagas E-Sabak. Materinya adalah mendesain pembelajaran jarak jauh yang
efektif.
Konsep
Dasar Pendidikan
Meeting
converence diawali dengan pertanyaan seputar pengalaman peserta melakukan
pembelajaran jarak jauh saat pandemic corona dan dilanjutkan dengan pertanyaan
tentang empat pilar pendidikan UNESCO. Diskusi mengalir antara narasumber dan
peserta.
Menurut
bapak Indra, kebanyakan guru selalu sibuk dengan materi “apa” yang harus
diajarkan. Tapi, jika kembali melihat empat pilar pendidikan UNESCO, maka yang
paling penting adalah bias tidak siswa belajar untuk tahu (learning to know), melakukan (learning
to do), menjadi sesuatu (learning to
be) dan hidup bersama (learning to
live together). Jadi, bukan apanya, bukan what to learn but how to learn. Ini konsep dasar pendidikan.
fokus pada “How”, bukan pada “What”
what to learn
bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Jika kita focus pada apa yang
harus diajarkan, saat zaman berubah, anak mungkin tidak akan bias mengikuti.
Dalam
materi, pak Indra menyebutkan 65% siswa yang saat ini duduk di bangku sekolah
dasar, akan bekerja pada bidang yang hari ini belum tercipta (world economic forum 2018). Oleh karena itu,
fokuslah pada how to learn.
Peran Guru di Abad 21
Mengenai
pilar learning to know, bapak Indra
bertanya apakah segala sesuatu yang kita ajarkan pada siswa ada di internet? Jika
ya, maka pertanyaan selanjutnya adalah mengapa guru masih harus di kelas? Padahal
banyak profesi yang bahkan guru pun tidak tahu bagaimana caranya menjadi
seperti itu (contohnya yutuber, selebgram, dll).
Kolaborasi
guru dengan murid tidak akan pernah tergantikan. Fungsi guru tidak berubah. Seseorang
guru harus bisa berperan sebagai teladan, motivator, sekaligus fasilitator. Atau
dalam ajaran Ki Hajar Dewantara adalah ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun
karsa, dan tut wuri handayani.
Arahkan pada Portofolio
“Anak
zaman sekarang jangan disuapin. Kita bisa mendorong mereka untuk mencari
sendiri”. Yang ditekankan pak Indra.
Kita
bisa mendorong siswa untuk membuat portofolio zaman sekarang seperti vlog,
blog, film dan aplikasi. Buat mereka sekreatif mungkin.
3I
Framework
Menurut
bapak Indra ada tiga hal kunci penting sebagai framework dalam dunia pendidikan, yaitu :
1. Infrastruktur. berkaitan
dengan apa yang akan kita gunakan dalam pembelajaran? Apakah akan terus menerus
Streaming video? Terus menerus
ceramah? Maksimalkan pembelajaran online
dan offline.
2. Infostruktur. Setiap
sekolah sebaiknya bisa punya domain sekolah untuk web atau untuk pembelajaran
daring. Pusat data yang terpadu.
Informasi yang menyatu sekaligus
aman.
3. Infokultur.
Kultur era digital harus dibangun dan dibiasakan di lingkungan sekolah.
Ketiganya harus ada
jika ingin pendidikan di abad 21 menjadi optimal. Konsep 3I Framework ini menjadi perbincangan hangat dalam diskusi. Sebagai
mana kita ketahui, Indonesia adalah Negara kepulauan dengan masyarakat yang
beragam dan rata-rata kondisi perekonomiannya belum setabil. Kondisi geografis
dan status ekonomi ini menjadi salah kendala dalam infrastruktur pendidikan
digital. Serta keadaan jaringan yang tidak merata di Indonesia juga merupakan
salah satu kendala.
Ke depan, semoga dua
masalah ini bisa teratasi. Jaringan yang merata dan kesejahteraan ekonomi
masyarakat Indonesia. Sehingga kita bisa lebih siap untuk melakukan
pembelajaran di era revolusi industry 4.0.
Sugiyatno,
S.Pd
SDN
Gatak Tanjungsari
Keruk
II, Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar